BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60. lanjut usia mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, mental maupun sosial. perubahan yang bersifat fisik antara lain adalah penurunan kekuatan fisik, stamina dan penampilan. hal ini dapat menyebabkan beberapa orang menjadi depresi atau merasa tidak senang saat memasuki masa usia lanjut. mereka menjadi tidak efektif dalam pekerjaan dan peran sosial, jika mereka bergantung pada energi fisik yang sekarang tidak dimilikinya lagi(Azizah, 2017). Secara global angka kehidupan lansia di dunia akan terus meningkat. Proporsi penduduk lansia di dunia pada tahun 2019 mencapai 13,4% pada tahun 2050 diperkirakan meningkat menjadi 25,3% dan pada tahun 20100 diperkirakan menjadi 35,1% dari total penduduk ( WHO, 2019). Seperti halnya yang terjadi di dunia, Indonesia juga mengalami penuaan penduduk Tahun 2019, jumlah lansia indonesia meningkat menjadi 27,5 jta atau 10,3%dan 57,0 juta jiwa atau 17,9% pada tahun 2045 (Kemenkes, 2019). Kepada perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumbar, sahrudin mengatakan, berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2019 terdapat 4.655.153 jiwa dengan angka di kabupaten Dharmasraya di taksir sebayak 18.000 jiwa, Sedangkan data yang di dapat dari Puskesmas Sitiung I Tahun 2019 dikoto Agung Kiri 107 orang, KotoAgung Kanan 108 orang, Sungai Duo 93 orang, Sitiung 102 orang, Pulai 54 orang, Lawai 51 orang, dan Padang Sidondang 89 orang, untuk data Koto Agung Kanan sebanyak 108 orang. Kualitas hidup ada empat domain yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologi, hubungan sosial, dan lingkungan. Permasalahan yang sering dihadapi lansia seiring dengan berjalannya waktu, akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh. penurunan fungsi ini disebabkan karena berkurangnya jumlah sel secara anatomis serta berkurangnya aktivitas , asupan nutrisi yang kurang, polusi dan radikal bebas, hal tersebut mengakibatkan semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan structural dan fisiologis, begitu juga otak (Bandiah, 2018).fungsi kognitif dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu bahasa, perkembangan pemikiran, perkembangan memori atau daya ingat, dan perkembangan intelegensi yang mempengaruhi pada usia lanjut. “ 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. 1. Menurut ( WHO, 2019) saat memasuki masa usia lanjut. mereka menjadi tidak efektif dalam pekerjaan dan peran sosial, jika mereka bergantung pada energi fisik yang sekarang tidak dimilikinya lagi(Azizah, 2017). Secara global angka kehidupan lansia di dunia akan terus meningkat. Proporsi penduduk lansia di dunia pada tahun 2019 mencapai 13,4% pada tahun 2050 diperkirakan meningkat menjadi 25,3% dan pada tahun 20100 diperkirakan menjadi 35,1% dari total penduduk ( WHO, 2019). 2. Seperti halnya yang terjadi di dunia, Indonesia juga mengalami penuaan penduduk Tahun 2019, jumlah lansia indonesia meningkat menjadi 27,5 jta atau 10,3%dan 57,0 juta jiwa atau 17,9% pada tahun 2045 (Kemenkes, 2019). 3. Berdasarkan hasil wawancara lansia yang peneliti lakukan didapati masalah kesehatan kualitas hidup pada lansia yaitu berupa masalah kesehatan fisik, hubungan sosial serta lingkungan. Di desa torsiaje laut 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut,maka dapat di rumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat “apa perbedaan kualitas hidup antara torsiaje jaya dan tosiaje laut? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa perbedaan kualitas hidup lansia antara Torsiaje jaya dan torsiaje laut 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi kualitas hidup lansia torsiaje jaya 2. Mengidentifikasi kualitas hidup lansia torsiaje laut 1.5 Manfaat penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan menjadi dasar informasi terkait bagaimana perbedaan kualitas hidup lansia. 1.5.2 Manfaat praktis 1) Bagi desa Sebagai masukan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap kualitas hidup lansia 2) Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini bisa menjadi tambahan referensi di perpustakaan sehingga menjadi bacaan mahasiswa,khususnya tentag perbedaan kualitas hidup lansia 3) Bagi peneliti selanjutnya Menjadikan referensi peneliti selanjutnya mengenai perbedaan kualitas hidup lansia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep 2.1.1 Definisi lansia Sanjaya (2012) menyebutkan bahwa ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah yang berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akanmembedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Pandangan orang Indonesia, pada umumnya dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan. Stanley & Beare (2007) mengemukakan bahwa lanjut usia adalah mereka yang mengalami perubahan fisik secara wajar, antara lain kulit sudah tidak kencang lagi, otototot sudah mengendor, dan organ-organ tubuh kurang berfungsi dengan baik. Kemunduran pada lansia itu sebagiandatang dari faktor fisik dan sebagian lagi dari faktor psikologis. definisi lain dalam PMK (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 79 (2014) menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. 2.1.2 batasan-batasan lanjut usia Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahlitentang batasan usia menurut Padila (2013) adalah sebagai berikut: a. Menurut World Health Organization (2000) ada empat tahap usia lanjut yaitu: 1) Usia pertengahan (middle age) adalah seseorang yang berusia usia45– 59 tahun 2) Lanjut usia (elderly) usia 60 - 74 tahun 3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun 4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun b. Menurut Hurlock (1979) : 1) Ear old age (usia 60 – 70 tahun) 2) Advanced old age (usia > 70 tahun) 2.1.3 Prubahan-perubahan yang terjadi pada lansia Seiring dengan bertambahnya usia maka akan terjadi proses penuaan yang akan mengalami terjadinya proses beberapa perubahan- perubahan pada diri manusia sehingga mempengaruhi kesehatan dan akan berdampak pada kualitas hidup lansia (Azizah, 2011). Menurut World Health Organization (WHO) (dikutipdalam Padila, 2013) menunjukkan bahwa, perubahan–perubahan yang terjadi akibat proses menua membawa pengaruh secara menyeluruh baik secara fisik, sosial, mental, dan moral spiritual yang keseluruhannya saling kait mengait antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. a. Perubahan fisik, meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem tubuh yaitu: 1. Sel Pada lansia jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akanlebih besar. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proposi protein di otak, otot, ginjal dan darah dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi (Stanley, Mikey & Patrisia, 2006). 2. Sistem Persarafan Saraf indra mengecil sehingga fungsinya akan menurun serta lambat dalam merespon, khususnya yang berhubungan dengan yang berkurang, mengecilnya saraf pancaindra, serta menjadi kurang sensitive terhadap sentuhan (Stanley, Mikey & Patrisia, 2006). Perubahan–perubahan yang terjadi pada sistem saraf pada lanjut usia (Padila, 2013) yaitu: a) Hubungan persyarafan cepat menurun b) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir c) Mengecilnya syaraf pencium dan perasa lebih sensitive terhadapperubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin 3. Sistem Pendengaran Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga bagian dalam, pada membran timpani atrofi terjadi pengumpulan-pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena mengumpulkan keratin dan tulang-tulang pendengaran sehingga menyebabkan kehilangan pendengaran pada lanjut usia (Stanley, Mikey & Patrisia, 2006). 4. Sistem Penglihatan Hilangnya respons terhadap sinar kornea lebih berbentuk seperti bola (steris), lensa lebih suram dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap, hilangnya daya akomodasi menurunnya lapang pandang, menurunnya daya untuk membedakan antara warna biru dengan hijau (Mauk 2010; Maryam et al., 2012). 5. Sistem Kardiovaskuler Perubahan yang terajdi pada sistem kardiovaskuler pada lanjut usia(Padila, 2013) antara lain: a) Elastis dinding aorta menurun b) Lemak sub endoicard menurun, fibrosis sklerosis c) Peningkatan jaringan ikat pada Sa node d) Penurunan denyut jantung maksimal pada Latihan 6. Sistem Pernapasan Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan alstisitas sehinggakapasitas pernafasan maksimun menurun dan kedalaman bernapas menurun.Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya berkurang (Mauk 2010; Padila2013; Lucknotte 2000). 7. Sistem Endokrin Hormon mulai menurun produksinya, menua aldosterone dan sekresi hormon gonad pada penurunan hormone dapat menyebabkan hipotiroidisme depresi dari sum-sum tulang dan ketidakmampuan mengatasi tekanan jiwa (Mauk 2010; Padila 2013; Lucknotte 2000). Kehilangan gigi, esophagus melebar, penurunan asam lambung, perlistaltic mulai melemah, sehingga daya absopsi menurun dan menyebabkan konstipasi. Ukuran lambung mulai mengecil serta fungsi organ aksesori menurun (Mauk, 2010). 8. Perubahan–perubahan pada sistem endokrin yang dialami oleh lansia: a. Pertumbuhan hormon pituitary ada tetapi lebih rendah dan hanya adadi pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan UHA. b. Menurunnya produksi aldosterone. c. Menurunnya sekresi hormon gonad, progesteron, estrogen, dan testosteron. d. Defisiensi hormonal yang dapat menyebakan hipotirodisme. 9. Sistem Pencernaan Kehilangan gigi, esophagus melebar, penurunan asam lambung, perlistaltic mulai melemah, sehingga daya absopsi menurun dan menyebabkan konstipasi. Ukuran lambung mulai mengecil serta fungsi organ aksesori menurun (Mauk, 2010). Sementara menurut Padila (2013) Perubahan yang terjadi pada lanjut usia pada sistem pencernaan yaitu: a) Terjadi artropi mikrosa b) Artropi dari sel kelenjar, sel parietal, dan sel chief akan menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsic berkurang. c) Proses perubahan protein menjadi pepton terganggu karena sekresi asam lambung berkurang dan rasa lapar juga berkurang 10. Sistem Integument Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respons terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat lambat, tubuh menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya (Nugroho 2000; Padila 2013). 11. Sistem Muskuloskeletal Tulang kehilangan kepadatannya (density) dan semain rapuh, bungkuk (kifosis), persendihan membesar dan menjadi kaku (hipertropi otot), tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi tremor (Nugroho, 2000). a. Sistem skeletal. Jumlah massa otot tubuh mengalami penurunan saat memasuki usia lanjut. Beberapa perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibatmenua. Pertama, penurunan tinggi badan secara progresif karena penyempitan didkus intervertebral dan penekanan pada kolumna vertebralis. Akibatnya postur tubuh akan menjadi lebih bungkuk denganpenampilan barrel-chest. Kedua, penurunan produksi tulang kortikal dan trabecular yang berfungsi sebagai perlindungan terhadap beban gerakan rotasi dan lengkungan. Akibatnya terjadi peningkatan resiko fraktur (Mauk 2010; Sunaryo et al., 2016). b. Sistem muscular Pada system muscular terjadi dua perubahan.Yang pertama, waktu untuk kontraksi dan relaksasi muskular memanjang. Akibatnya terjadi perlambatan waktu untuk bereaksi dan pergerakan kurang aktif. Kedua, perubahan kolumna vertebralis, akilosis (kekakuan ligamen dan sendi), penyusutan dan sklerosis tendon dan otot, serta perubahan degeneratif eksrapiramidal, Akibatnya terjadi peningkatan fleksi (Mauk 2010; Sunaryo et al., 2016). c. Sendi Pada proses menua seseorang akan mengalami kekakuanligamen dan sendi yang menyebabkan peningkatan resiko cedera. Selain itu komponen kapsul sendi dan kolagen akan pecah menyebabkan nyeri, inflamasi, penurunan mobilitas sendi, dan deformitas (Sunaryo et al., 2016). d. Estrogen Penurunan hormon estrogen terjadi akibat proses menua yang menyebabkan kehilangan unsur-unsur tulang yang berdampak pada pengeroposan tulang. Menurut Padila (2013) perubahan fisiologis yang terjadi saat usia lanjut pada sistem muskuloskeletal yaitu: 1) Ukuran otot menngecil dan penurunan massa otot lebih banyak terjadi pada ekstremitas bawah. 15 2) Kekuatan yang dihasilkan oleh otot menurun 3) Kekuatan otot ekstremitas bawah berkurang sebesar 40 % antara usia30 – 80 tahun. 4) Penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan massaotot. 12. Perubahan mental atau psikologis pada lansia. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan mental, yaitu: 1) Perubahan fisik. Keadaan fisik yang lemah dan berdaya membuat lansia harus bergantung pada orang lain (Affandi, 2009). 2) Kesehatan umum. Lansia yang telah lama menderita sakit sering mengalami tekanan jiwa (depresi). Perasaan cemas dan depresi harus dicegah, untuk dibutuhkan pemeliharaan continu agar kondisi mental sehat dan dapat mencapai masa tua sehat danbahagia (Affandi, 2009). 3) Tingkat pendidikan. Sama halnya dengan usia, pendidikan tentu juga mempengaruhi kualitas hidup. Bahwa sebagain besar penduduk lanjut usia tidak/belum pernah sekolah dan tidak tamat SD. Hal ini yang menjadi dasar mengapa kualitas hidup penduduklanjut usia di Indonesia umumnya masih rendah (Affandi, 2009). 16 4) Lingkungan (environment). Rasa kesepian karena ruang lingkup yang menyempit, rutinitas kehidupan yang statis dan tidak variatif. Berkaitan dengan hal tersebut lansia yang nampak lesu, 17 tidak bergairah, merasa tidak dihargai, serta merasa tidakbermakna (Affandi,2009). 5) Gangguan memori. Kenangan jangka panjang, berjam- jam sampai sehari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit) (Affandi,2009). 6) IQ (Intelligence Quotient): perkataan dan informasi tidak berubah, berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor, terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan pada faktor tertentu (Affandi, 2009). 13 Perubahan psikososial. Beberapa perubahan psikososial yangterjadi pada lansia yakni: 1) Pensiunan merasakan atau sadar akan kematian (sense ofawarenesof mortality). 2) Perubahan dalam hidup yaitu memasuki rumah perawatan lebihsempit. 3) Ekonomi melemah atau menurun akibat pemberhentian darijabatan (economic deprivation). 14.Perubahan sosial. Perubahan sosial yang dapat dialami lansia yaitu perubahan status dan perannya dalam kelompok atau masyarakat, kehilangan pasangan hidup, serta kehilangan sistem dukungan dari keluarga, teman dan tetangga (Syarniah, 2010). Perubahan dalam peran sosial di 18 masyarakat akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kaburdan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan (Glenn & and Weaver, 2007) 2.1.4 Gaya Hidup Sehat bagi Penderita Hipertensi Gaya hidup sehat adalah suatu gaya hidup yang memperhatikan faktor – faktor tertentu yang dapat mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan dan olahraga (Anne, 2010). Modifikasi gaya hidup yang ditujukan bagi pasien hipertensi ataupun pasien pra hipertensi (Syamsudin, 2011). Penerapan gaya hidup sehat harus dapat dilakukan semua individu dengan tujuan mengobati, mengontrol, maupun mencegah terjadinya hipertensi (Prasetyaningrum, 2014). Komponen modifikasi gaya hidup yang perlu untuk dilakukan antara lain: 1) Mempertahankan berat badan yang sehat Obesitas erat kaitannya dengan angka kejadian hipertensi. Seseorang dapat dikatakan berat badan normal jika memiliki nilai BMI antara 18,5 – 24,9 kg/m². BMI sebagai indikator terjadinya hipertensi, pada orang Indonesia berkisar 23 untuk laki –laki dan 24 untuk perempuan. Untuk lingkar perut berkisar 90cm untuk laki –laki dan 80 cm untuk perempuan. Nilai BMI kurang dari 25 kg/m² dapat mengontrol tekanan darah tetap dalam kondisi normal (Prasetyaningrum, 2014). 2) Menerapkan perilaku makan sehat Penderita hipertensi sangat dianjurkan untuk dapat menerapkan pola makan sehat di dalam kehidupan sehari – hari. Pola makan sehat yang dapat diterapkan yaitu dengan mengurangi konsumsi natrium (garam) dalam makanan. Dan dianjurkan untuk dapat 19 memperbanyak mengkonsumsi makanan seperti produk susu rendah lemak, ikan, ayam serta kacang – kacangan sekaligus mengurangi konsumsi daging merah, gula dan atau minuman yang mengandung gula. Membatasi konsumsi natrium berarti memilih makanan rendah natrium, menghindari mengkonsumsi makanan kemasan, tidak menambahakan garam berlebihan pada saat proses memasak atau saat makan. Anjuran konsumsi natrium dari makanan bagi penerita hipertensi 2,4 gram natrium atu 6 gram natrium klorida perhari. Konsumsi makanan rendah natrium dapat menurunkan tekanan darah sebesar 2-8 mmHg(Syamsudin, 2011). 3) Melakukan aktifiktas fisik atau berolahraga Olahraga yang dilakukan dengan teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh darah nadi, sehingga dapat menghindari terjadinya komplikasi hipertensi (Corwin, 2010). Jenis olahraga yang boleh dilakukan pada lansia antara lain jalan kaki, senam, berenang, bersepeda, latihan beban yang ringan, dan lari yang dilakukan sesuai dengan kemampuan lansia (Fatmah, 2010). 4) Berhenti merokok dan berhenti mengonsumsi minuman beralkohol Kandungan nikotin dalam rokok dapat menstimulus pelepasan katekolamin. Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung, iritabilitas miokardial serta terjadi vasokontriksi sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Kebiasaaan mengkonsumsi minuman beralkohol dapat berakibat meningkatkan tekanan darah. Contoh minuman beralkohol yaitu anggur, bir atau beberapa minuman keras lainnya (Ardiansyah, 2012). 5) Hindari stress Stress dapat didefinisikan sebagai suatu proses ketika stressor mengancam keselamatan dan kesejahteraan organisme, stressor tersebut dapat meliputi stressor lingkungan, stressor psikologis, stressor fisik dan stressor imunologis. Stressor dapat bersifat menyenangkan atau tidak menyenangkan. Stressor yang menyenangkan disebut juga eustress dan stressor yang tidak menyenangkan disebut dengan distress. Peristiwa tidak menyenangkan yang terjadi pada masa lalu juga dapat menimbulkan suatu hal yang traumatis yang dapat menyebabkan stress (Corwin, 2010). 2.2.1 Definisi Kualitas Hidup Kualitas hidup adalah suatu fenomena psikologis yang berhubungan dengan kesejahteraan umum secara menyeluruh termasuk penguraian objektif dan evaluasi subjektif menyangkut 20 kesejahteraan fisik, materi, sosial dan emosinal yang ditekankan pada seperangkat nilai-nilai dalam kehidupan individu (Felce &Perry, dikutip dalam Repley, 2003). Kualitas hidup adalah sebuah konsep integratif, yang terletak di antarailmu, kesehatan manusia, dan kehidupan sosial, yang tergabung menjadi satu dan membuat manusia bisa merasakan kebahagiaan hidup. Menurut ilmu kesehatan, kesejahteraan atau kebahagiaan secara subjektif berasal dari psikis, kesehatan fisik, dan mental (Bahi, Pol, & Navarro, 2016). Kualitas hidup menjadi sesuatu yang terpenting karenaberorientasi pada kemampuan seseorang untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari, melihat persepsi individu terhadap dampak penyakit yang dialaminya, dan kemampuan dalam memenuhi tuntutan pekerjaan dan peran sosial (Leplege & Hunt, 2002). 2.2.2 Domain kualitas hidup Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 menyebutkan bahwa, domain kualitas hidup telah disederhanakan menjadi empat domain yang terdiri dari kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Domain-domain tersebut terdiri dari 24 aspek 21 (subdomain) tentang kualitas hidup. Selain itu, rincian domain kualitas hidup beserta aspek-aspek yang terkandung didalamnya menurut WHO (2015) adalah sebagai berikut: Table 1: Domain dan Subdomain WHOQUL-Bref DOMAIN SUBDOMAIN I Kesehatan fisik 1. Activity Dayly Living (ADL) 2. Ketergantungan pada Obat dan alat bantu medis 3. Energi dan kesalahan 4. Mobilitas 5. Nyeri dan ketidaknyaman 6. Istirahat dan tidur 7. Kapasitas kerja II Psikologi 1. Citra tubuh dan penampilan 2. Perasaan negative 3. Perasaan positif 4. Penghargaan diri 5. Spiritual/agama/keyakinan 6. Berfikir, belajar, kemampuan memori, dan konsentrasi III Hubungan sosial 1. Hubungan pribadi 2. Dukungan social 3. Aktivitas social IV Lingkungan 1. Sumber daya keuangan 2. Kebebasan, keselamatan fisik, dan keamanan 3. Kesehatan dan pelayanan: aksebilitas dan kualitas 4. Lingkungan 5. Kesempatan untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru 6. Partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi 7. Lingkunganfisik (polusi/suara/lalu lintas/iklim) 8. Kendaraan 22 Sumber: adaptasi dari WHOQOL-BREF introduction, administration, scoring, and generic version of assessment, WHO (1996) 23 Table II: Domain dan Subdomain WHOQUL-100 No. DOMAIN SUBDOMAIN I Kesehatan fisik 1. Ketidaknyamanan 2. Seberapa besar ketidaknyaman mengganggu kegiatan sehari hari II Psikologi 1. Energi dan kelelahan 2. Perasaan negative 3. Perasaan positif 4. Harga diri 5. Berpikir, belajar, memori dankonsentrasi III Tingkat kemandiria n 1. Mobilitas 2. Aktivitas hidup sehari- hari 3. Ketergantungan pada zat obat danbantuan medis 4. Kapasitas kerja IV Hubungan sosial 1. Hubungan pribadi 2. Dukungan sosial 3. 3. Aktivitas seksual V Lingkungan hidup 1. Sumber keuangan 2. Kebebasan, Keselamatan dankeamanan fisik 3. Jaminan kesehatan dan sosial:Aksebilitas dn kualitas 4. Lingkungan rumah 5. Kesempatan untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru 6. Partisipasi dalam dan kesempatanuntuk 24 rekreasi/waktu luang 7. Lingkungan fisik ( Polusi/kebisingan/lalu lintas/iklim) 8. Mengangkut VI Kerohanian/agam a/keyakinan pribadi 1. Agama/kerohanian/keyakinan pribadi(wajah single) 25 2.2.3 Faktor – faktor mempengaruhi kualitas hidup Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup menurut Gabriel &Bowling (2004) dikutip dalam Netuveli & Blance (2012) mengemukakan bahwa faktor-faktor antara lain & Martono, 2004). 26 a. Hubungan sosial. Hubungan sosial dipandang dari segi hubungan yang baik dengan anakanak, keluarga, teman dan tetangga. b. Lingkungan sosial. Hubungan sosial lingkungan dari segi lingkungan yang menyenangkan, rumah yang nyaman dan pelayanan publik yang baik seperti optimis dan sikap positif, rasa puas terhadap sesuatu, selalu melihat ke depan dalam segala hal, penerimaan terhadap apa yang terjadi serta stretegi koping lainnya seperti aktif terlibat dalam kegiatan sosial. c. Faktor psikologi. Kemampuan lanjut usia untuk memperoleh kepercayaan diri, kontrol diri, cara mengatasi kecemasan dan pemunculan perilaku positif. d. Faktor kesehatan. Kesehatan lansia secara umum, nyeri, energi dan vitalitas, aktivitas seksual, tidur dan istirahat e. Faktor keuangan. Faktor keuangan dipandang dari keuangan yangaman dan tidak tergantung pada orang lain.Sementara Indriana (2012) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor & Martono, 2004). 27 yang mempengaruhi kualitas hidup, faktor tersebut antara lain : 1) Umur. Menjadi tua merupakan proses yang sama sekali tidak dapat dihindari berdasarkan teori “Generic clock” menua telah terpogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu. Dalam artian lambat lalu fungsi tubuh akan semakin menurun sesuai dengan pertambahan usia. Hal ini akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang (Darmojo 28 2) Pekerjaan. Pada usia lanjut tentunya akan mengalami masa pensiun. Pada masa pensiun sebagian lansia akan merasa tidak senang menjalaninya. Seseorang yang mengalamimasa pensiun akan mengalami beberapa kehilangan. Kehilangan yang dimaksud yaituhal–hal berikut (Darmojo & Martono 2004) : a) Kehilangan finansial, dimana pada masa pensiun ini pemasukanakan menurun. b) Kehilangan kegiatan atau pekerjaan. Hal ini terjadi karena orang yang mengalami pensiun akan kehilangan rutinitas atau pekerjaan yang biasa dilakukan setiap hari. c) Kehilangan status. Hal ini terjadi jika seseorang yang mengalami masa pensiun sebelumnya mempunyai jabatan dan posisi yang cukup tinggi dan memiliki fasilitas yang lengkap. d) Kehilangan teman. Lansia akan jarang berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat yang sebelumnya hampir setiap hari dijumpai. 3) Kesehatan. Memasuki usia lanjut akan mempengaruhi status kesehatan sebab semua fungsi tubuh akan mengalami perubahan baik dari fisik maupun psikis. Perubahan tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. 4) Faktor sosial dan budaya seperti dukungan sosial dari keluarga, teman, 29 masyarakat dan nilai-nilai keagamaan juga merupakan faktor yang 30 dapat mempengaruhi dan nilai-nilai keagamman juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. 2.2.4 perbedaan kualitas hidup lansia pria dan wanita 3 Moons, dkk (2004) dalam Noftri (2009) mengatakan bahwa gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Bain, dkk (2003) dalam Noftri (2009) menemukan adanya perbedaan antarakualitas hidup antara laki-laki dan perempuan, dimana kualitas hidup laki- laki cenderung lebih baik daripada kualitas hidup perempuan. Moons, dkk (2004) dalam Noftri (2009) mengatakan bahwa secara umum,kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait dengan aspek hubungan yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria lebih terkait dengan aspekpendidikan dan pekerjaan yang lebih baik. 4 Moons, dkk (2004) dalam Nofitri (2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah, individu bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah ataukohabitasi.Penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat pasangan meninggal Glenn dan Weaver(2007)dalam Nofitri (2009). Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004) 5 dalam Nofitri (2009) menemukan bahwa baik pada pria maupun wanita, 31 6 7 8 individu dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi. 2.2.5 Patofisiologi Tekanan darah dipengaruhi oleh, volume sekuncup, kecepatan denyut jantung dan Total Peripheral Resistance (TPR), peningkatan salah satu dari ketiga variable tersebut yang tidak dapat dikompensasi menyebabkan hipertensi (Corwin, 2010). Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung dalam waktu lama terjadi karena adanya peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau dikarenakan oleh konsumsi garam yang berlebihan (Wijaya dan Putri, 2013). Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak pada pusat vasomotor medulla otak (Smeltzer dan Bare, 2013). Rangsangan pusat fasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang dapat bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis (Corwin, 2010). Titik neuron dari preganglion akan melepaskan asetil kolin, yang dapat merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013) Perangsangan susunan saraf simpatis selain dapat meyebabkan eksitasi pembuluh darah, dapat juga menyebabkan pelepasan norepineprin dan epineprin oleh medulla adrenal ke dalam darah yang akan merangsang pembuluh darah untuk bervasokonstriksi, dan faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor (Saferi & Mariza, 2013). Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma menjadi substrat renin untuk melepaskan angiotensin I, dan kemudian dirubah menjadi angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat, yang padagilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal dan jika hormone ini masih menetap dalam darah maka dapat terjadi peningkatan tekanan darah. (Guyton, 2012) 32 Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh darah perifer mempunyai pengaruh terhadap perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia (Smeltzer & Bare, 2013). Perubahan struktural dan fungsional meliputi antaralain aterosklerosis, yaitu hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan kemampuan relaksasi otot polos pembuluh darah akan menurunkan kemampuan distensi dan relaksasi pembuluh darah, sehingga menurunkan kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah yang akan dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung danpeningkatan tahanan perifer (Saferi & Mariza, 2013). 33 2.2.6 Manifestasi Klinik Manifestasi menurut Ardiansyah (2012) dapat muncul setelah penderitamengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain yaitu: 1) Terjadinya kerusakan susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan ayunanlangkah tidak mantap, 2) Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun tidur di pagi hari karena adanyapeningkatan tekanan intracranial yang disertai mual dan muntah, 3) Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat dari hipertnesi yang diderita, 4) Sakit kepala, pusing dan keletihan yang disebabkan oleh penurunan perfusidarah akibat adanya vasokonstriksi pembuluh darah, 5) Penglihatan kabur akibat adanya kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi, 6) Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari terjadinya peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan foltrasi oleh glomerulus. Hipertensi sering ditemukan tanpa adanya gejala (asimptomatik), akan tetapi tanda-tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali pengukuran tekanan dara secara berturutan dan bruits (bising pembuluh darahyang terdengar di daerah aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri renalis dan vemoralis disebabkan oleh stenosis atau aneorisma) dapat terjadi (Kowalak, Weish & Mayer, 2011). 2.2.7 Komplikasi Hipertensi Hipertensi dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan beberapa komplikasi penyakit lain, yaitu: 1) Penyakit jantung Adanya peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resisten terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung akan berkurang dan dapat mengakibatkan hipertrofi terhadap vetrikel kiri serta kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi 34 akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi (payah jantung) (Shanty, 2011). 2) Stroke Stroke dapat terjadi akibat dari perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan oleh tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada keadaan hipertensi kronik apabila arteri – arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah – daerah yang disuplai darahnya berkurang. Arteri – arteri otak yang mengalami arteriosklirosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2012). 3) Ginjal Komplikasi hipertensi pada ginjal terjadi karena pembuluh darah dalam ginjal mengalami aterosklerosis akibat dari tekanan darah terlalu tinggi sehingga aliran darah ke ginjal akan menurun dan ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya. Fungsi ginjal adalah membuang semua bahan sisa dari dalam darah, jika ginjal tidak berfungsi maka bahan sisa akan menumpuk dalam darah sehingga mengakibatkan ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi (Marliani dan Tantan, 2010). 4) Mata Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri pada mata, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada retina yang disebut dengan penyakit vascular retina. Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan merupakan indicator awal dari penyakit jantung (Marliani dan Tantan, 2010). 2.2.8 Penatalaksanaan Hipertensi Tujuan dari pengobatan hipertensi yaitu mengendalikan tekanan darah untuk mencegah terjadinya komplikasi (Irwan, 2016). Adapun penatalaksanaan pada penderita hipertensi ada 2, yaitu: 1) Penatalaksanaan Nonfarmakologi Menurut Irwan (2016), terdapat beberapa promosi kesehatan untuk 35 pengendalian faktor risiko, yaitu: a. Menurunkan berat badan pada obesitas, b. Membatasai konsumsi garam dapur, c. Menghentikan konsumsi alkohol, d. menghentikan kebiasaan merokok dan lakukan olahraga teratur, e. Pola makan yang sehat, f. Istirahat yang cukup dan menghindari stress, g. Pemberian kalium yang cukup dalam bentuk makanan (sayur dan buah) h. Penderita atau seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi diharapkan untuk lebih hati – hati terhadap makanan yang dapat memicu tingginya hipertensi, seperti jeroan, keju, daging asap, ikan asin, margarin dan vets 2) Penatalaksanaan Farmakologi Menurut Saferi & Mariza (2013), penatalaksanan farmakologis yaitu merupakan penanganan dengan menggunakan obat – obatan, antara lain: a. Diuretik (Hidroklorotiazid) Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam tubuh sehingga mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. b. Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin, dan Reserpin) Obat – obatan penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifiktas saraf simpatis. c. Betablocker (Metoprolol, propranolol, dan atenolol) Fungsi dari jenis obat betablocker adalah untuk menurunkan daya pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan seperti asma bronkial. d. Vasodilator (Praosin, Hidralasin) Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot polos pembuluh darah. e. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril) Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II dengan efek samping penderita hipertensi akan 36 mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas. f. Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan) Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat – obatan jenis penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor 2.3 Penelitian Yang Relevan 2.3.1 Tabel kajian penelitian Penelitian Tahun Judul Metode penelitian Hasil 1.Penelitian yang dilakukan oleh harsiah rizky,pada tahun 2017 2. Analisis perbedaan kualitas hidup lansia yang ditinggal pasangan berdasarkan jenis kelamindan pola interaksi sosial di wilayah kerja puskesmas tamaona kecamatan tombolo pao kabupaten gowa 2.4 Kerangka Penelitian 37 2.4.1 Kerangka Teori proses terjadinya lansia : 1.menurunya fungsi jarigan tubuh 2. perubahan fisik Gambar 2.1 Kerangka Teori perbedaan lansia di torosiaje jaya dan lansia di laut di desa torosiaje kabupaten pohuato kec. popayato 2.4.2 Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan, uraian dan visualisasi hubungan serta kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel satu dan variabel lainnya dari masalah yang ingin diteliti (diukur) melalui metode penelitian (Hidayat, 2012). aspek kualitas hidup : 1. kesehatan fisik 2. kesehatan psikologis 3. hubungan sosial 4. lingkugan LANJUT USIA Kualitas hidup lansia Bentuk interaksi sosial : 1 asosiatif: a.kerja sama b.akomodasi c.asimilasi 1. Di sosiatif a.persaingan b.kontravensi 38 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 2.5 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban dari permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dan dicapai setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data (Arikunto, 2012). H1: Ada hubungan gaya hidup sehat dengan kejadian lansia H0: Tidak ada hubungan gaya hidup sehat dengan kejadian lansia 39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2023 sampai dengan bulan Mei 2023. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa torosiaje jaya, Kecamatan popayato, Kabupaten pohuato. 3.2 Desain Penelitian Jenis rancangan penelitian ini Dekriptif Korelatif yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat (Notoatmodjo, 2012). Sedangkan pendekatan yang digunakan Cross Secsional, yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, artinya tiap subyek penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakternya atau variabel subyek pada saat penelitian (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu perbedaan lansia darat dan laut dan variabel terikatnya kejadian pada lansia . 3.3 Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut (Nursalam, 2014). Variabel dapat didefinisikan menjadi dua, yaitu Variabel Independent dan Dependent. Variabel yang di teliti dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel Bebas (Independent Variabel) Variabel Independent yaitu variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2014). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbedan lansia . 40 2) Variabel Terikat (Dependent Variabel) Variabel Dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2014). Variabel terikat penelitian ini adalah kejadian pada lansia. 3.4 Devinisi Operasional Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan dipergunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga mempermudah pembaca atau penguji dalam mengartikan makna penelitian (Nursalam, 2014). No. Variabel Definisi Operasi onal Parameter Alat Ukur Skala Skor / Kriteria 1. Variabel independent perubahan pada lansia kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang mempertaha nkanhidup sehat dari 1- 5 tahun terakhir . 1. Penuaan 2. Kurang pendengaran 3. Warna rambut mulai puti 4. Penglihatan Kuesioner Ordinal dengan kategori : Skor: Baik: ≥ 50% Tidak Baik: ˂ 50% 2. Variabel Dependent Kejadian perubahan lansia i Lansia dilaut banyak yang beraktiitas dengan cara perdagangan sepeti kios sedangkan di darat banyak lansia yang hanya duduk dan ada juga lansia sebagian berjualan dan sebagain lansia lagi laki nelayan Terlalu banyak lansia yang hana diam di rumah dan tidakmelakukan aktifitas Lansia lebih banyak erjualan dan lainya berdiam dirih dirumah ada juga lansia laki laki nelan dan ojek untuk wisata mau kelaut Nominal Dengan kata gori skor Beraktifitas70% Yang tidak beraktifitas 30% 41 3.5 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi Populasi yaitu suatu wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012). dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang mengalami perbedaan lansia darat dan laut dan aktifitas sehri hari di desa torosiaj jaya Kecamatan popayato, Kabupaten pohuato sebanyakyang di darat lansia 67 orang dan di laut 59 Orang 3.6.2 Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2012). Selanjutnya Penentuan jumlah sampel yang dianggap refresentatif, yaitu menggunakan rumus Solvin dengan taraf nyata (Tingkat kesalahan 10%) (Sugiyono, 2002) 102 n= 1 + 102 (0,10) 2 102 n= 1 + 102 (0,01) 102 n= 2,02 N n = 1 + N e2 42 n= 50,49 n= 50 Sampel 1) Kriteria Inklusi meliputi: Usia ≥ 50 tahun, dan bersedia menjadi responden 2) Kriteria Eksklusi meliputi: Responden yang sedang dialami lansia atau membutuhkan istirahat dan tidak bersedia menjadi responden. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan pada subyek dan suatu proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2014). Cara pengumpulan data dalam hal ini berupa: 1) Kuesioner Kuesioner adalah alat ukur berupa kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Alat ukur ini dipergunakan apabila responden jumlahnya besar dan tidak buta huruf. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner harusmampu menggali hal-hal yang bersifat rahasia. Pembuatan kuesioner harus mengacu pada parameter yang sudah dibuat oleh peneliti sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. 2) Observasi Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Pengumpulan data dengan cara observasi dapat dipergunakan apabila objek penelitian adalah perilaku pada manusia, proses kerja atau karena jumlah responden kecil. 3) Wawancara Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara langsung pada responden yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung. Metode ini dapat dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih 43 mendalam dan jumlah respondenya sedikit. Adapun jenis data, yaitu: 1) Data Primer Data primer adalah data yang didapat langsung dari respoden (Sugiyono,2011). Data yang didapat adalah: (1) Karakteristik responden (2) Lansia di darat lebih banyak yang tidak beraktifitas dan penyak lebih bnyak ya itu asam urat dan hipertensi di laut lebih banyak melakukan aktifitas berjualan dan nelan 2) Data Sekunder Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan data sudah ada (Sugiyono, 2011). Data sekunder disini adalah data wilayah, data warga desa torosiaje jaya , Kecamatan pohuato. 44 3.7 Analisa Data Analisa data dilakukan dengan menggunakan SPSS for MS Windows release 26.0. Dalam penelitian ini ada dua analisa data, yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisa data dalam penelitian iniberupa analisis data univariat dan bivariat. 1) Analisa Univariat Pada analisa univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik (Notoatmodjo S, 2018). Jika data mempunyai distribusi normal, maka mean dapat digunakan sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran (Saryono, 2013). Jika distribusi data tidak normal maka menggunakan median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-maksimum sebagai ukuran penyebaran (Saryono, 2013). Analisa univariat dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, kejadian hipertensi dan gaya hidup dengan cara menghitung distribusi frekuensi dan persentase proporsi serta mendiskripsikan variabel penelitian. Pengukuran gaya hidup sehat digunakan skala likert, pada skala likert disediakan empat alternatif jawaban (selalu, sering, kadang – kadang,tidak pernah) dan setiap jawaban sudah tersedia nilainya (Nursalam, 2014). Pernyataan untuk mengukur gaya hidup sehat yang bersifat positif atau (Favorable) dan negatif (Unfavorable) terhadap masalah yang diteliti. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, kemudian ditabulasi dan dikelompokkan dan selanjutnya diberi skor. 2) Analisa data Bivariat Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Analisa bivariate pada penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan gaya hidup sehat dengan kejadian hipertensi. Sebelum dilakukan analisa data, maka dilakukan uji kenormalan dengan uji Kolmogorof Smirnov. Dari hasil uji kenormalan di dapatkan hasil bahwa data berdistribusi normal dengan ρ value sebesar 0,90 sehingga uji yang digunakan untuk menentukan korelasi dengan uji Pearson product 45 Moment dengan bantuan SPSS dengan tingkat kepercayaan 95% (ɑ = 0,05). Kriteria penilaian jika ρ value < ɑ, maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara gaya hidup sehat dengan kejadian hipertensi di desa Molingkapoto selatan. Sedangkan jika ρ value > ɑ, maka H0 ditolak, artinya tidak ada hubungan antara gaya hidup sehat dengan kejadian hipertensi di Desa Molingkapoto Selatan . 3.8 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang peneliti secara teratur dan sistematis untuk mencapai suatu tujuan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Prosedur penelitian ini meliputi: 1) Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada ketua program studi S1 keperawatan universitas Muhammadiyah Gorontalo untuk mendapatkan surat izin penelitian. 2) Peneliti datang ke puskesmas Molingkapoto untuk menyampaikan izin studi pendahuluan penelitian. 3) Peneliti mengambil data awal untuk studi pendahuluan pengajuan proposal. 4) Peneliti mengajukan permohonan izin untuk penelitian. 5) Peneliti mendatangi rumah per rumah responden yang dimulai dari Dusun Botuliyodu,kemudian dilanjutkan di dusun Harapan sampai dengan Dusun pusat 6) Kuesioner dibagikan kepada responden, kemudian meminta persetujuan kepada ibu atau bapak dengan memberikan inform consent sebagai tanda bahwa ibu aatau bapak bersedia menjadi responden dalam penelitian. 7) Sebelum mengisi kuesioner responden diberi petunjuk untuk pengisian dan setelah selesai mengisi kuesioner dicek ulang kelengkapannya. Selanjutnya, peneliti melakukan pengukuran tekanan darah responden dengan tensimeter manual atau aneroid. 8) Bagi responden yang tidak dapat membaca dan menulis, maka dalam pengisian kuesionernya dibantu oleh peneliti. 9) Mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden untuk dianalisis. 46 10) Melakukan analisis data dan membuat kesimpulan hasil penelitian. 3.9 Teknik Pengolahan Data 1) Editing (Penyuntingan Data) Hasil wawancara atau angket yang telah diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting terlebih dahulu. Apabila masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak memungkinkan dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (droup out). 2) Coding Sheet (Membuat Lembaran Kode) Coding Sheet yaitu lembaran atau kartu kode, merupakan instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden dan nomor-nomor pertanyaan.Sebelum dilakukan penghitungan, setiap variabel diberi kode. 1. Data umum 1) Responden (1) Responden 1: Dusun bumi bahari (2) Responden 2: Dusun mangrop (3) Responden 3 : torosiaje laut 2. Data Khusus (1) Gaya hidup (2) Baik (3) Tidak Baik 2) Beraktifitas jarang (1) Normal (2) Beraktifitas lebih sering 3) Scoring Adalah pemberian bobot nilai setelah data dikumpulkan dan kemudian diberiskor. Pemberian skor dilakukan pada masing – masing variabel, yaitu: 1)Variabel independent gaya hidup 1) Pernyataan positif (Favorable) (1) Selalu 47 (2) Sering (3) Kadang - kadang (4) Tidak pernah 2) Pernyataaan negatif (Unfavorable) (1) Selalu (2) Sering (3) Kadang - kadang (4) Tidak pernah Kemudian hasilnya dikriteriakan dengan: (1) Baik : ≥ mean (70%) (2) Tidak baik : ˂ mean (30%) 48 Variabel dependent kejadian hipertensi (1) Tidk melakukan aktifitas (2) Aktifitas 4) Tabulation(Tabulasi) Yaitu penyusunan data dalam bentuk tabel. Data dari lembar kuesioner direkap kedalam tabelrekapitulasi responden, kemudian penyusunan data disajikan dalam bentuk tabel data distribusi. 3.10 Etika Penelitian Dalam melakukan suatu penelitian, peneliti harus mendapatkan rekomendasi dari institusi atau pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin penelitian kepada institusi atau lembaga terkait tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari instansi terkait, peneliti dapat melakukan penelitian dengan memperhatikan beberapa etika yang meliputi: 1) Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent) Sebelum lembar persetujuan diberikan kepada responden, dengan terlebih dulu peneliti memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Jika responden bersedia maka diberi lembar permohonan menjadi responden dan lembar persetujuan menjadi responden yang harus ditandatangani, tetapi jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap akan menghormati hak - haknya. 2) Tanpa nama (Anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan informasi dari responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama dari responden pada lembar pengumpul data, tetapi dengan memberikan nomer kode pada masing – masing lembar yang dilakukanoleh peneliti sebelum lembar pengumpul data diberikan kepada responden. 3) Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti dengan cara bahwa informasi tersebut hanya akan diketahui oleh peneliti dan pembimbing atas persetujuan pembimbing dan hanya kelompok data 49 tertentu yang disajikan sebagai hasil penelitian. 4) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Beneficence) Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat dengan semaksimal mungkin bagi subjekpenelitian dan dapat digeneralisasikan pada tingkat populasi, dalam hal ini peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek. 5) Keadilan (Justice) Semua subjek penelitian harus diperlakukan dengan baik, sehingga terdapat keseimbangan antara manfaat dan resiko yang dihadapi oleh subjek penelitian. Jadi, harus diperhatikan resiko fisik, mental dan resiko sosial. 6) Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for human dignity) Peneliti harus mempertimbangkan hak – hak subjek untuk mendapatkaninformasi yang terbuka yang berkaitan dengan prosedur penelitian serta memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untukberpartisipasi dalam kegiatan penelitian. 50
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Putri Rossyana, & Sudhana, I Wayan. (2014). Gambaran Kualitas Hidup Pada Lansia Dengan Normotensi Dan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Gianyar I Periode Bulan November Tahun 2013. E-Jurnal Medika Udayana, 3(9). Djohan, (2006), Terapi Musik “ Teori dan Aplikasi, Galang Press: Yogya Ebersole, P., Hess, P., Touthy, T., Jett, K (2005) Gerontologi nursing & health aging. 2nded. St Louis, Missouri: Mosby, Inc. Elviana, Armand an Maria E. 2006. Gambaran kualitas hidup lansia yang tinggal dirumah dengan dipanti wredha, Fakiltas Psikologi UNIKA Atma Jaya: Jakarta. Efendi, F. & Makhfudli. (2009). kesehatan komunitas teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Furnham (2008). Psychological well-being: Meaning, measurement, and implications for psychotherapy research. Psychotherapy and Psychosomatics. Vol 65. Page : 14-23. Gabriel, Z & Bowling, A. (2004). Quality of life from the perspective of older people (Online). Ageing and Society, 24 (05), 675-691. Hayflick, L. (1980). The cell biologi of human aging. Scientific American Hadi, Martono. (2006) Aspek Fisiologis dan Farmakologi pada Usia Lanjut. Jakarta: Balai penerbit FKUI Hurlock, EB., (1997). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, edisi.5, Jakarta: Erlangga, hlm 380-400. Immanuel (2017). Hubungan kemandirian dengan kualitas hidup lansia di Desa Margajaya RW 13 kecamatan Ngamprah. Jurnal Ilmu Kesehatan volume 11, nomor 1, Juni 2017. ISSN 1410-234X. Kartinah, Kartinah, & Sudaryanto, Agus. (2010). Masalah psikososial pada lanjut usia. Berita Ilmu Keperawatan, 1(2), 93-96. Kerce, E.W. (1992). Quality of Life : Meaning, Measuring and Models. Navy Personnel Research and Development Center. California : NAVY USA
0 Komentar